top of page

Instalasi Pengolahan Air Limbah

PT TARGET WATER SOLUSINDO

Dalam pelaksanaanya PT. Target Water Solusindo menerapkan beberapa teknik pengolahan  akan tetapi pada umumnya kita melakukan melalui pengolahan limbah secara kombinasi. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan :

1. Perencanaan Pengolahan dengan Proses Sistem Fisika

Pada umumnya , sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan , diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu . Penyaringan ( screening ) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar . Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan . Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap . Selain itu dalam prose pendinginan selain mealui proses penyaringan terdapat juga sistem cooling tower dimana air limbah yang bersuhu lebih dari 80 drajat Celcius dihisap dan dijatatuhkan mengikuti gaya grafitasi sampai suhu air limbah tersebut turun dibawan 50 drajat selsius.

Gambar 1. Skema Pengolahan Fisika

2. Perencanaan Pengolahan dengan Proses Sistem Biologi
Perencanaan sistem pengolahan yang akan dilakukan berupa pengolahan secara biologi (aeration basin). Adapun sistem pengolahan yang akan dilakukan berupa :

Gambar 2. Skema pengolahan Biologi 

a) Equalisasi
Air limbah yang dikeluarkan memiliki sifat serta karakteristik yang berubah setiap waktunya, oleh karenanya sifat fluktuatif dari air limbah harus dibuat sama terlebih dahulu sebelum masuk ke pengolahan selanjutnya. Bak equalisasi berfungsi dalam mengumpulkan serta menyeragamkan sifat serta karakter polutan dari air limbah, sehingga memudahkan pada proses pengolahan berikutnya.

b) Netralisasi
Bak ini memiliki fungsi dalam menetralisasi karakter air limbah dengan derajat keasaman (pH) yang beragam. Proses netralisasi dilakukan dengan pembubuhan bahan kimia berupa asam sulfat (H2SO4) atau natrium hidroksida (NaOH) untuk mencapai derajat keasaman (pH) air limbah netral ( pH 7 – 7,5). Jika karakter air limbah basa, maka ditambahkan asam sulfat (H2SO4), sedangkan jika karakter air limbah yang masuk asam maka ditambahkan suatu basa berupa NaOH.

c) Oil Trap (Dissolved Air Flotation/DAF)
Pengolahan air limbah yang masih mengandung minyak dan lemak baik dari proses pencucian maupun produksi (printing process) harus dipisahkan terlebih dahulu sebelum masuk ke pengolahan berikutnya, dengan tujuan untuk mencapai titik optimum pengolahan. Pemisahan minyak dan lemak ini dilakukan pada bak Dissolved Air Flotation (DAF). Prinsip yang terjadi, yaitu minyak dan lemak dengan berat jenis lebih kecil dari air dipisahkan dengan cara menambahkan suatu bahan kimia untuk mencapai proses penggumpalan minyak dan lemak membentuk flok lumpur. Adapun pengangkatan minyak dari air dilakukan dengan menyuntikan udara bebas ke dalam air limbah olahan. Dengan cara ini minyak dan lemak terpisah dari air dengan lumpur minyak dan lemak berada di atas. Efisiensi DAF system yang akan diterapkan adalah sekitar 70%, jadi ketika inlet limbah dengan nilai COD 2100 mg/L maka outlet limbah setelah diproses dengan DAF system adalah sekitar 630 mg/L.
note :Efisiensi Pengolahan DAF
Pengolahan menggunakan sistem DAF tidak hanya akan menurunkan paramter pencemaran berupa pemisahan minyak dan lemak saja, namun akan menurunkan parameter pencemaran yang lainnya berupa COD, BOD, NH3 . Penurunan persen beban pencemaran COD serta BOD akan mencapai 70%, sehingga memudahkan terjadinya pengoptimalan sistem pengolahan secara keseluruhan.

d) Aerasi

Proses pemberian udara secara simultan dan merata dengan kadar tertentu tergantung debit air limbah yang dikelola tujuannya adalah  untuk memisahkan air dengan limbah yang terkandung didalamnya yang dibantu oleh mikroorganisme (bakteri pengurai) yang menguraikan limbah tersebut menjadi lumpur dan disaat ini biasanya supaya aktifitas mikroorganisme lebih optimal dan terus berkembang dibutuhkan nutrisi atau vitamin yang diberikan kepada bakteri tersebut. Zat yang dibutuhkan mikroba untuk bisa hidup dan berkembang adalah zat yang mengandung Nitrogen, posfor, protein dan glukosa dengan dosis yang diberikan rata-rata 20-100ppm tergantung polutan yang terkandung didalam limbah tersebut.

e) Sedimentasi (clarifier)
Bak Pengolahan lumpur dilakukan pada bak pengolahan sedimentasi (clarifier) dengan tujuan memisahkan lumpur dari cairan. Pengolahan lumpur ini memiliki kapasitas penurunan suspended solid (TSS) sebesar 60,79 %.

f) Sludge Drying Bed (bak pengeringan lumpur)
Bak ini berfungsi untuk menampung lumpur pengolahan baik dari proses kimia (DAF) maupun proses biologi. Pada prinsipnya, bak pengolahan ini memiliki fungsi dalam memisahkan lumpur yang bercampur dengan air dengan cara proses penguapan menggunakan energi penyinaran matahari.

3.Perencanaan Pengolahan dengan Proses Sistem Kimia

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap ( koloid ), logam-logam berat , senyawa fosfor , dan zat organik beracun ; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan . Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut , yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan ( flokulasi-koagulasi ), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi , dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi .

 

a) . Proses Koagulasi.
Partikel kontaminan yang terdapat dalam air limbah biasanya berada dalam bentuk koloid. Partikel koloid dapat dipisahkan dari larutannya dengan cara pendestabilan partikel koloid menjadi agregat-agregat yang memiliki ukuran yang lebih besar sehingga mudah diendapkan.
Proses destabilisasi partikel koloid ini disebut proses koagulasi, dan senyawa kimia yang ditambahkan dinamakan koagulan. biasanya zat yang digunakan berupa FeSo4, atau PAC

b). Proses Flokulasi.
Flokulasi adalah proses adsorbsi polimer pada partikel yang diikuti oleh pembentukan jembatan polimer-polimer yang telah mengadsorbsi partikel-partikel koloid tersebut.
Dengan penambahan polimer sebagai flokulan diharapkan proses agregasi partikel koloid dapat berjalan lebih baik sehingga akan terbentuk flok yang lebih besar. BIasanya obat yang digukan adalah polimer Anionik, kationik atau non ionik tergantung jenis limbahnya.

c). Proses Penguraian Warna.
Partikel kontaminan yang berupa logam biasanya bermuatan positif, hal ini yang menimbulkan penampakan warna pada karakteristik air limbah. Penambahan senyawa kimia oksidator kuat dapat mereduksi muatan ion logam kontaminan yang secara fisik dapat dilihat dengan menghilangnya warna pada air limbah. obat yag digunak umumnya adalah DCA

 

bottom of page